Setiap
manusia yang hidup didunia tidak jauh dengan sebutan aktifitas, yang salah
satunya ialah bekerja. Pada umumnya, pelaksanaan tugas selalu mengandung
permasalahan dan tantangan. Masalah dan tantangan ini seringkali menimbulkan
stres yang bisa mengganggu pencapaian tujuan. Dalam batas tertentu, stres
membantu kita agar tetap termotivasi (eustres). Tetapi kadang-kadang
kita terlalu banyak mendapatkan stres sehingga menurunkan kualitas kinerja kita
(distres).
Untuk hal ini, manusia memang sangat
memerlukan banyak waktu, pikiran, bahkan hampir lebih dari dua per tiga waktu
manusia dilakukan untuk mengerjakan hal yang disenanginya maupun yang menuntut
harus dikerjakan demi dirinya sendiri.
Semua elemen yang ada dalam diri
manusia berada dalam satu sistem yang mengharuskan untuk diatur dan
dikendalikan. Bagian penting dalam sistem manusia itu adalah otak. Otak
berperan sangat vital sebagai pusat dalam mengendalikan tubuh. Pekerjaan yang
dilakukan manusia tak lepas dari pergerakan yang dilakukan oleh tubuhnya
sendiri.
Manusia
selalu berusaha agar tubuhnya dapat melakukan seluruh kegiatan yang terekam
dalam otaknya. Karena itu kesehatan adalah faktor utama untuk bisa melakukan
fungsi otak tersebut. Jika gejala yang membuat otak tidak nyaman dalam
mengendalikan sistem tubuh manusia dalam melakukan pekerjaan itu disebut
gangguan.
Gangguan
itu bermacam-macam diantaranya sakit, depresi atau stress. Yang banyak dialami
manusia dalam melakukan pekerjaannya adalah cenderung mengarah pada stress.
Stress terjadi karena volume otak yang diisi oleh sesuatu yang membuat manusia
tidak nyaman. Ketidaknyaman itulah yang menyebabkan stress melanda manusia.
Bermula menghinggapi otak lalu menyebar sampai sistem tubuh manusia itu sendiri
yang mengakibatkan manusia mengalami kemalasan untuk melakukan sesuatu. Hingga
akhirnya manusia mengalami gangguan yang biasa kita dengar yaitu, stress.
1. Cara mengelola stress
Faktor-faktor
yang mempengaruhi coping sebagai upaya untuk mereduksi atau mengatasi stres
adalah dukungan sosial ( social suport) dan kepribadian. Kedua faktor tersebut
dijelaskan sebagai tersebut :
1. Dukungan
sosial
Dukungan sosial dapat diartikan sebagai “
Pemberian bantuan atau pertolongan terhadap sesorang yang mengalamai stres dari
orang lain yang memiliki hubungan dekat ( saudara atau teman )”.
Pengertian lainnya dikemukakan oleh
Rietschlin (Shelley E. Taylor, 2003), yaitu sebagai “Pemberian informasi dari
orang lain yang dicintai atau mempunyai kepedulian, dan memiliki jaringan
komunikasi atau kedekatan hubungan, seperti
orang tua, suami / istri, teman, dan orang – orang yang aktif dalam lembaga
keagamaan”.
2. Kepribadian
Tipe atau
karakteristik kepribadian seseorang mempunyai pengaruh yang cukup atau usaha
dalam mengatasi stress yang dihadapinya.
Optimisme
Optimisme merupakan “suatu kecenderungan umum
untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik”(weiten/Llyod, 1994 : 90). Sikap
optimis memungkinkan seseorang dapat meng”cope”
stress secara lebih efektif, dan dapat mereduksi dampaknya, yaitu jatuh sakit.
Humoris
Orang yang senang homor (humoris) cenderung
lebih toleran dalam menghadapi situasi stress daripada orang yang tidak senang
humor (seperti orang yang bersikap kaku, dingin, pemurung, atau pemarah). Dalam
studinya tentang beberapa cara “coping” Mc Crae (1984) menemukan bahwa 40 %
sikap humor itu dapat mengurangi stress. Beberapa orang ahli psikologi sudah
lama memperkirakan bahwa humor merupakan respons”coping”yang positif. Dalam hal
ini, Martin dan lefcourt (1983) menemukan bahwa humor dapat berfungsi untuk
mengurangi dampak negatif stres terhadap suasana hati atau perasaan seseorang.
Cara lain dapat
dilakukan melalui beberapa metode atau pendekatan, diantaranya sebagai berikut.
1. Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi
untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi indovidu yang telah terbukti
efektif mencakup pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu, meningkatkan
latihan fisik, pelatihan pengenduran (relaksasi), dan perluasan jaringan
dukungan social. Jadi suatu pemahaman dan pemanfaatan dari prinsip-prinsip
dasar pengelolaan waktu dapat membantu individu untuk mengatasi dengan lebih
baik ketegangan yang diciptakan oleh tuntutan pekerjaan. Beberapa prinsip
pengelolaan waktu yang lebih dikenal adalah :
a. Membuat daftar harian dari kegiatan yang mau
diselesaikan
b. Mempriotaskan kegiatan menurut kepentingan dan
urgensinya
c. Menjadwalkan kegiatan menurut peringkat prioritas, dan
d. Mengetahui siklus harian anda dan menangani bagian
yang paling menuntut dari pekerjaan anda selama bagian tinggi dari silklus anda
saat mana anda paling waspada dan produktif
Latihan
fisik nonkompetitif seperti : aerobic, berjalan, jogging, berenang, dan
bersepeda telah lama direkomendasikan oleh para dokter sebagai suatu cara untuk
menangani tingkat stress yang berlebihan. Bentuk latihan fisik ini meningkatkan
kapasitas jantung, menurunkan laju detak jantung, memberikan suatu pengalihan
mental dari tekanan kerja, dan menawarkan suatu cara untuk “melepas energy”.[1]
2. Relaksasi
Menurut penelitian para ahli, seperti Lehrer dan
Woolfolk (1984), relaksasi dapat mengatasi kekalutan emosional dan mereduksi
masalah fisiologis (gangguan atau penyakit fisik). Herbert Benson, seorang ahli
kardiologi di Sekolah Kesehatan Harvard mengemukakan langkah-langkah relaksasi,
yaitu sebagai berikut.
a. Duduklah dengan tenang dalam posisi yang nyaman
b. Tutuplah mata anda
c. Buatlah relaks semua otot-otot anda, mulai dari kaki
sampai ke wajah anda
d. Bernafaslah melalui hidung dan mengeluarkannya melalui
mulut. Setelah anda mengeluarkan nafas melalui mulut, katakanlah “satu” dan
seterusnya secara berulang-ulang .
e. Lakukanlah relaksasi itu selama 10 sampai 20 menit.